Memperkuat Anglosfer: Era AUKUS dan skenario geopolitik global yang baru

(Untuk Giuseppe Gagliano)
11/04/24

Dalam konteks global saat ini, yang ditandai dengan dinamisme geopolitik yang intens dan tantangan terhadap stabilitas internasional, kemunculan AUKUS (Australia, Inggris, Amerika Serikat) mewakili titik balik yang signifikan dalam jalinan aliansi militer dan teknologi. Aliansi trilateral ini tidak hanya menandakan evolusi mendalam dari Angloosphere namun juga meletakkan dasar bagi tatanan strategis baru di Indo-Pasifik, dengan dampak yang jauh melampaui kawasan ini.

Asal usul dan tujuan AUKUS

AUKUS berasal dari sejarah panjang kerja sama antara negara-negara berbahasa Inggris, berbagi akar budaya, sejarah dan nilai sejak era kolonial Inggris. Namun, aliansi ini tidak hanya merayakan ikatan bersejarah; sebaliknya, hal ini merupakan respons yang terkalibrasi terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh bangkitnya kembali ketegasan Tiongkok dan Rusia di tingkat internasional.

Ketika Tiongkok memperluas pengaruhnya di Pasifik dan Rusia menunjukkan peningkatan permusuhan di Eropa dan tempat lain, AUKUS bertujuan untuk memperkuat pencegahan militer dan mendorong Indo-Pasifik yang “bebas dan terbuka”, sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan supremasi hukum.

Inti dari AUKUS adalah transfer teknologi canggih, khususnya di bidang pertahanan kapal selam dan kemampuan nuklir, yang menandai titik yang tidak bisa kembali lagi bagi Australia. Negara yang terakhir ini, yang biasanya berhati-hati dalam mengadopsi energi nuklir, setuju untuk menjadi tuan rumah bagi kapal selam bertenaga nuklir, hal ini menyoroti lompatan kualitatif dalam doktrin keamanan nasional negara tersebut. Gerakan ini tidak hanya memperkuat kemampuan pencegahan Australia tetapi juga integrasinya ke dalam strategi keamanan kolektif Angloosphere.

Dinamika baru di Indo-Pasifik

Indo-Pasifik muncul sebagai pusat dinamika kekuatan baru ini. AUKUS tidak hanya melambangkan semakin ketatnya persaingan strategis dengan Tiongkok tetapi juga upaya untuk membangun penyeimbang terhadap meningkatnya militerisasi dan ambisi teritorial Beijing.

Aliansi ini juga menandakan komitmen terhadap kehadiran militer dan teknologi yang lebih besar di kawasan yang penting bagi jalur perdagangan global dan keamanan maritim

Meskipun memiliki jejak kerja sama yang kuat, AUKUS menimbulkan pertanyaan mengenai kedaulatan dan otonomi pengambilan keputusan para anggotanya, khususnya mengenai risiko ketergantungan militer dan teknologi Australia pada Inggris dan Amerika Serikat. Namun, aliansi ini juga menekankan model kolaborasi internasional yang lebih dari sekadar berbagi kemampuan militer, melainkan mendorong pertukaran teknologi canggih, penelitian, dan pengembangan yang lebih luas di bidang-bidang penting seperti kecerdasan buatan, perang siber, dan pengawasan bawah air.

Menuju masa depan yang tidak pasti

Meskipun AUKUS mewujudkan visi strategis yang berani dan aspirasi untuk Indo-Pasifik yang stabil dan demokratis, AUKUS juga menempatkan Anglosfer pada persimpangan sejarah. Keberhasilannya tidak hanya bergantung pada kemampuan untuk menavigasi kompleksitas hubungan internasional tetapi juga pada kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara penegasan kembali ikatan sejarah dan kebutuhan untuk menanggapi tantangan yang muncul di dunia multipolar. tidak hanya menjadi bukti menguatnya Anglosfer, namun juga merupakan pertanda masa depan geopolitik global.

Aliansi ini menandakan adanya gerakan menuju formasi keamanan yang lebih tangkas dan fokus, yang mampu dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan internasional. Kemampuan AUKUS untuk bertindak sebagai alat pencegah yang efektif dan menumbuhkan visi bersama untuk Indo-Pasifik akan sangat penting untuk dampak jangka panjangnya terhadap keamanan regional dan global.

Elemen kunci yang harus dipantau adalah dampak AUKUS terhadap dinamika kekuatan internasional, termasuk reaksi negara-negara regional dan global lainnya. India dan negara-negara ASEAN, misalnya, memainkan peran penting di Indo-Pasifik, dan tanggapan mereka terhadap aliansi ini dapat berkisar dari pendekatan kolaboratif yang hati-hati hingga kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan militer. Lebih jauh lagi, reaksi Tiongkok, yang telah menyatakan penolakan keras terhadap AUKUS, akan semakin menentukan kontur keseimbangan kekuatan regional yang baru.

Masalah strategis 

Komponen nuklir dalam AUKUS menimbulkan pertanyaan etika dan strategis yang signifikan. Meskipun hal ini memberikan Australia peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pencegahan militernya, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai berkepanjangannya perlombaan senjata dan proliferasi nuklir. Pengelolaan kemampuan-kemampuan ini secara transparan dan akuntabel akan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan internasional dan memastikan bahwa aliansi ini secara efektif berkontribusi terhadap stabilitas global tanpa memicu ketegangan baru.

AUKUS juga dapat berfungsi sebagai katalisator bagi arsitektur keamanan yang lebih kolaboratif di Indo-Pasifik, yang mencakup penguatan kemitraan regional lainnya seperti Quad (Dialog Keamanan Segiempat antara Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat). Sinergi antara aliansi-aliansi ini dapat memberikan respons komprehensif terhadap tantangan keamanan, sekaligus mendorong tatanan internasional berdasarkan aturan bersama dan saling menghormati.

kesimpulan

Era AUKUS adalah lebih dari sekedar perjanjian pertahanan; hal ini merupakan tanda perubahan paradigma geopolitik dan pencarian bentuk-bentuk baru kolaborasi internasional sebagai respons terhadap tantangan-tantangan yang muncul di abad ke-21. Ketika dunia beradaptasi dengan kenyataan baru ini, efektivitas, akuntabilitas, dan integrasi AUKUS ke dalam struktur hubungan internasional yang lebih luas akan menentukan perannya dalam membentuk masa depan geopolitik global.

Dalam konteks ini, Anglosphere tidak hanya memperkuat ikatan internalnya namun juga memposisikan dirinya sebagai a aktor sentral dalam menghadapi kompleksitas dunia yang saling terhubung.

Foto: Angkatan Laut AS